musik

Rabu, 10 April 2019

SHOLAT YANG BERMANFAAT #2

       Sholat Yang Bermanfaat #2





      Shalat yang bermanfaat itu tidak lain adalah makna dari shalat yang khusyuk. Shalat yang efeknya baik pada perilaku kita sendiri dan berefek baik dengan adanya upaya transformasi sosial dalam kehidupan masyarakat. Jadi di sini saya ingin sekaligus menegaskan bahwa shalat khusyuk itu berkaitan dengan kualitas. Adanya ketenangan batin, kontemplasi akan kehadiran Allah yang bersemayam di hati, lalu berbanding lurus dengan perilaku kita yang baik dan peduli kepada sesama. Tanpa kualitas itu semua, bisa dipastikan shalat kita masih jauh dari khusyuk dan bermanfaat.
Betapapun demikian, kita tidak boleh menyerah. Sebab meraih shalat khusyuk itu butuh proses. Kita harus meyakinkan diri agar shalat kita tidak lagi sia-sia. Hanya sebatas gerak badan dan menggugurkan kewajiban. Apalagi hanya sebatas pemantas perilaku karena gengsi kepada orang. Mumpung Allah masih memberikan kesempatan sehat dan umur panjang, jangan sampai kita lengah dan banyak menunda-nunda. Kita harus terus memperbaharui niat dan menyegerakan langkah agar kita mampu melakukan transformasi diri, spriritual dan sosial yang kita mulai dari diri kita sendiri.
Seumpama saja, oleh Allah kita diberikan jabatan yang prestisius--mulai dari PNS, pejabat tinggi atau lainnya--dan harta yang berlimpah, tetapi di saat yang sama tidak nampak kepedulian sosialnya terhadap masyarakat, maka sekaya dan seterhormat apapun kita, serajin apapun shalat kita, rasa-rasanya shalat kita kualitasnya masih hampa. Hidupnya belum bermakna. Belum bermanfaat. Masih jauh dari khusyuk. Oleh karena itu sederhana saja, bahwa semakin istikomah beribadah seseorang, maka ia akan semakin tergerak untuk jujur dan peduli. Selain juga rendah hati. Shalat adalah salah satu cara paling ampuh untuk mengasah akhlak rendah hati kita, baik kepada Allah maupun sesama.
Mungkin juga banyak yang merasa bahwa shalat tidak ada kaitannya dengan semakin banyaknya harta yang dimiliki. Sebab juga masih banyak kita temukan orang yang tidak shalat, hartanya tetap banyak. Sehingga seolah-olah harta yang banyak itu murni hasil jerih payah kerjanya, yang kemudian dianggap tidak ada campur tangan Allah. Termasuk orang-orang yang shalat tetapi shalatnya secepat kilat, terburu-buru. Nada bicaranya tinggi, semakin mengunggulkan kehebatan diri, gampang sekali meremehkan orang lain. Percayalah jabatan prestisius dan harta yang berlimpah, sama sekali tidak ada kebanggaan, tanpa diimbangi dengan kualitas shalat yang bermanfaat bagi kepentingan sosial masyarakat. Di antara misalnya ikut serta mensuport pengelonaan DKM, remaja Masjid dan lembaga-lembaga lain, dengan mengupayakan inovasi demi inovasi.
Wallaahu a'lam

By. Ahmad Yusuf
      Sekretriat IPNU 10,April 2019

0 comments:

Posting Komentar